Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia tetap menawarkan peningkatan nilai impor energi dari Amerika Serikat dalam rangka negosiasi lanjutan mengenai tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump kepada Indonesia sebesar 32 persen. "Ini kan Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) masih berusaha. Kami tawarkan trade balance (penyeimbangan neraca perdagangan) dari sektor energi sekitar 15 miliar dolar AS," kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di Jakarta, pada hari Selasa. Komoditas yang akan diimpor oleh Indonesia dari AS meliputi minyak mentah (crude) dan LPG. Dia menjelaskan bahwa Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengimpor LNG dari AS, karena produksi LNG di dalam negeri masih mencukupi, bahkan Indonesia juga mengekspor LNG. Selain itu, Indonesia juga memberikan kesempatan kepada AS untuk berinvestasi di logam tanah jarang serta sektor pertambangan di Indonesia. "Ya, kami telah mengidentifikasi hal ini, untuk logam tanah jarang dan juga mineral kritis, kami sudah menyampaikannya kepada Pak Airlangga untuk ditawarkan (ke AS)," ujarnya. Ketika ditanya mengenai kemungkinan Indonesia membatalkan penambahan impor energi dari AS jika negosiasi tidak berjalan dengan baik, Yuliot menyatakan bahwa hingga saat ini, Kementerian ESDM masih menunggu keputusan akhir. Menurutnya, sangat penting untuk merespons perkembangan situasi tarif resiprokal AS dengan sikap yang tenang. "Kita harus tetap tenang dalam menghadapi kondisi seperti ini," ujarnya. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dijadwalkan untuk berangkat ke Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa, 8 Juli 2025, untuk melanjutkan proses negosiasi mengenai tarif resiprokal dengan AS. Airlangga akan menghadiri pertemuan dengan perwakilan Pemerintah AS untuk membahas keputusan tarif sebesar 32 persen yang akan tetap berlaku mulai 1 Agustus mendatang. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah memutuskan untuk tetap menerapkan tarif impor sebesar 32 persen kepada Indonesia, tanpa perubahan dari nilai "tarif resiprokal" yang diumumkan sebelumnya pada bulan April, meskipun proses negosiasi dengan pihak Indonesia terus berlangsung secara intensif. Jika Indonesia dianggap melakukan tindakan balasan dengan meningkatkan tarif, Trump mengancam akan membalas dengan menambah nilai tarif impor sesuai dengan jumlah tersebut "ditambah tarif 32 persen yang kami tetapkan." Namun demikian, Trump berjanji bahwa Indonesia tidak akan dikenakan tarif jika "memutuskan untuk membangun atau memproduksi produknya di Amerika Serikat", sambil menjamin bahwa permohonannya akan diproses dan disetujui dalam waktu beberapa pekan. Sejumlah mitra Indonesia di Asia Tenggara mendapatkan pengurangan nilai tarif impor dari yang sebelumnya ditetapkan oleh AS, seperti Thailand dan Kamboja yang sama-sama dikenakan tarif tambahan 36 persen dibandingkan tarif sebelumnya yang masing-masing sebesar 36 dan 49 persen. Nasib yang berbeda dialami oleh Malaysia yang kini dikenakan tarif impor sebesar 25 persen, yang justru meningkat satu persen dari tarif sebelumnya yang sebesar 24 persen.