Dok/Hary Subastian Photography

Investasi Berkelanjutan, Pendekatan Strategis Untuk Mengatasi Isu Sosial Dan Lingkungan Di Indonesia

Senin, 06 Jan 2025

Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh praktik yang tidak bertanggung jawab telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan, sementara ketidakadilan sosial-ekonomi semakin memperburuk kualitas hidup banyak masyarakat. Situasi ini memerlukan tindakan nyata yang tidak hanya menghentikan dampak negatif, tetapi juga mendorong perubahan yang konstruktif. Dalam konteks ini, diperlukan pendekatan strategis yang dapat menciptakan keseimbangan antara keuntungan bisnis dan tanggung jawab terhadap masyarakat serta lingkungan.

Salah satu instrumen utama dari pendekatan ini adalah investasi berdampak, yang memberikan kesempatan untuk melakukan tindakan konkret dalam memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, mengurangi ketimpangan sosial, dan menciptakan keseimbangan baru. Di Indonesia, tren investasi berdampak terus mengalami perkembangan, sejalan dengan tren global yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Menurut laporan dari Global Impact Investing Network (GIIN), sekitar 88% investor berdampak melaporkan bahwa investasi mereka tidak hanya memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi keuntungan, tetapi juga memberikan dampak sosial yang nyata. Dengan memprioritaskan manfaat sosial dan lingkungan dalam jangka panjang, investasi berdampak menarik minat investor yang mencari lebih dari sekadar keuntungan finansial.

Fikri Syaryadi, seorang pegiat dan investor berdampak, menjelaskan lebih lanjut bahwa investasi berdampak menawarkan pendekatan yang unik, tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga memberikan solusi konkret terhadap isu-isu kritis di sektor sosial dan lingkungan. “Investasi ini mencakup sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengelolaan limbah. Tujuannya bukan hanya untuk mendapatkan imbal hasil investasi, tetapi juga untuk mencapai imbal hasil sosial dan lingkungan yang terukur. Berbeda dengan donasi, investasi berdampak tetap berpegang pada prinsip pasar dan keuangan untuk menjaga keberlanjutan usaha,” jelas Fikri.

Krisis Lingkungan yang Mendesak di Indonesia

Indonesia saat ini menghadapi tantangan lingkungan yang serius, mulai dari deforestasi hingga pengelolaan sumber daya alam yang tidak efisien. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melaporkan bahwa Indonesia kehilangan sekitar 26 juta ton ikan setiap tahun akibat praktik penangkapan yang ilegal. Selain itu, data menunjukkan bahwa dalam satu tahun, deforestasi di Indonesia mencapai lebih dari 1.000 km², yang hampir setara dengan dua kali luas Kota Jakarta.

Indeks Kinerja Lingkungan (EPI) 2024 menempatkan Indonesia di posisi ke-162 dari 180 negara, dengan skor hanya 33,8 dari 100. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Dalam menghadapi tantangan ini, investasi berdampak muncul sebagai kekuatan transformatif di Indonesia.

Peran Investasi Berdampak dalam Mengatasi Masalah Lokal

Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan melalui kebijakan dan insentif. Data dari Australian Agency for International Development (AusAID) menunjukkan bahwa antara 2020-2022, 131 rancangan undang-undang (RUU) yang disahkan berhasil menarik investasi sebesar USD 1,5 miliar (Rp23,08 triliun), menciptakan peluang usaha baru serta solusi untuk masalah sosial dan lingkungan. Namun, keterbatasan anggaran pemerintah menjadikan investasi berdampak sebagai katalis yang penting untuk memperluas skala solusi lokal yang relevan.

Indonesia memiliki potensi besar untuk investasi yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Hal ini didorong oleh statusnya sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara, populasi lebih dari 270 juta, sumber daya alam yang melimpah, dan ekosistem kewirausahaan yang dinamis.

Gita Syahrani, sebagai Koordinator Keberlanjutan dan Dampak Kolektif dari Ekonomi Membumi, menyatakan bahwa investasi berdampak dapat memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta membantu mengatasi masalah lingkungan.

"Saat ini, ekosistem investasi berdampak di Indonesia melibatkan 66 investor, baik yang aktif maupun yang berpotensi. Dengan dukungan dari para investor, pelaku UMKM dapat mengakses sumber daya untuk berinovasi, sehingga mempercepat dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan," ungkap Gita Syahrani.

Sumber pendanaan untuk UMKM yang memiliki visi berkelanjutan merupakan tantangan terbesar, dan ketiadaan sumber tersebut menjadi penghalang utama bagi pelaku bisnis ini. Ketidakberminatan para investor untuk berinvestasi dalam proyek berdampak disebabkan oleh kurangnya reputasi positif dalam hal keuntungan finansial.

"Praktik bisnis berkelanjutan memerlukan investasi awal yang signifikan, namun investor tradisional sering kali lebih fokus pada keuntungan jangka pendek, sementara imbal balik dari investasi berdampak biasanya baru terlihat dalam jangka panjang. Hal ini menciptakan tantangan finansial yang menghambat pertumbuhan bisnis kecil di sektor sosial dan lingkungan," jelas Fikri.

Ia juga menekankan dampak lain dari tantangan finansial ini. "Kendala keuangan tidak hanya menyulitkan kelangsungan bisnis, tetapi juga berkontribusi pada kerusakan lingkungan yang lebih luas dan peningkatan emisi polutan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan pendanaan dapat menyebabkan lonjakan emisi karbon hingga 3.340% di tingkat perusahaan," tambah Fikri.

Kendala finansial memiliki dampak signifikan terhadap kerusakan lingkungan, karena perusahaan yang mengalami keterbatasan dana sering kali mengurangi pengeluaran untuk praktik berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam International Review of Economics and Finance menunjukkan bahwa tanpa akses modal yang memadai, perusahaan cenderung mengabaikan investasi dalam infrastruktur rendah karbon atau pengelolaan limbah yang efisien. Hal ini menjadi pemicu peningkatan emisi karbon secara drastis.

Ditemui di kampus UIII, Rizky Wisnoentoro, Ph.D., selaku Kepala Program Sustainable Finance di Universitas Islam Internasional Indonesia, menekankan pentingnya investasi berdampak bagi pelaku bisnis. Ia menyatakan, “Ketidakmampuan untuk mengintegrasikan langkah-langkah keberlanjutan ini tidak hanya memperburuk masalah lingkungan, tetapi juga menghambat transisi menuju ekonomi hijau. Investasi berdampak, yang berfokus pada solusi terukur, memberikan jalan keluar dari siklus ini dengan menyediakan modal yang mendorong penerapan praktik ramah lingkungan.”

Dalam konteks kerangka pemikiran dan pengukuran hasil, prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dapat berfungsi sebagai dasar yang krusial dalam investasi berdampak. ESG berperan dalam memastikan keberlanjutan bisnis sekaligus menciptakan nilai tambah. Dengan menerapkan prinsip ESG, investor dapat mengintegrasikan analisis risiko jangka panjang dan profitabilitas dalam setiap keputusan investasi, baik melalui saham, obligasi, reksa dana, maupun pinjaman mikro.

Di tempat kerjanya, Eri Budiono, seorang Praktisi Keberlanjutan yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Neo Commerce, menjelaskan lebih lanjut mengenai ESG. Ia menyatakan, “Penerapan prinsip ESG tidak hanya memandu keputusan investasi yang berkelanjutan, tetapi juga memerlukan kerangka evaluasi yang mampu mengukur dampaknya secara konkret. Dengan pendekatan berbasis bukti, investor dapat memastikan bahwa upaya mereka menghasilkan dampak jangka panjang yang terukur dan relevan, serta memperkuat transparansi dalam pengelolaan investasi.”

Rizky Wisnoentoro menekankan pentingnya pengembangan kerangka evaluasi berbasis bukti untuk mengukur dampak jangka panjang. Ia menjelaskan, “Indikator keberhasilan yang relevan, pengumpulan data longitudinal, serta studi kasus dapat membantu menciptakan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan sosial-lingkungan.”

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Keberhasilan investasi yang berdampak sangat bergantung pada kerjasama antar sektor. Kementerian Keuangan menyatakan bahwa dana publik hanya dapat memenuhi 34% dari total kebutuhan pendanaan terkait isu perubahan iklim, sehingga partisipasi sektor swasta menjadi sangat penting. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi pembentukan regulasi yang jelas, penyediaan insentif fiskal, serta penciptaan platform untuk berbagi pengetahuan dan pengembangan kapasitas.

Eri Budiono menjelaskan bahwa kerjasama dengan sektor swasta merupakan fondasi yang krusial dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. “Dengan adanya kerangka pengukuran yang terstandarisasi, para investor akan lebih yakin untuk menginvestasikan dana mereka dalam proyek-proyek sosial dan lingkungan. Ekosistem yang mendukung akan mempermudah pertumbuhan sektor ini,” ujarnya.

Diperkirakan diperlukan investasi sebesar $2,5 triliun per tahun untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) secara global. Dengan adanya peluang investasi yang terus berkembang, Indonesia berperan penting dalam memobilisasi modal untuk mencapai hasil yang berdampak positif bagi masa depan yang lebih baik. Fikri menutup dengan nada optimis. “Investasi berdampak adalah jembatan yang menghubungkan solusi lokal dengan tantangan global. Kerjasama antar sektor dapat menciptakan masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.”


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar