HANOI – Langkah Indonesia untuk memimpin isu lingkungan global mendapatkan momentum signifikan. Republik Demokratik Kongo (RDK) secara resmi menyatakan dukungan penuh bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah dan mengoperasikan Pusat Lahan Gambut Internasional (International Tropical Peatland Center). Dukungan ini merupakan pencapaian diplomasi lingkungan yang strategis.
Pernyataan dukungan disampaikan langsung oleh Perdana Menteri RDK, Jean-Michel Sama Lukonde, dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sela-sela ASEAN-Global Blended Finance Alliance Summit di Hanoi, Vietnam, Senin (23/10/2023).
Pertemuan ini bukan sekadar rutinitas diplomatik, melainkan pertemuan strategis antara dua negara pemilik aset lingkungan terpenting di dunia. Kolaborasi Indonesia dan RDK dinilai akan membentuk masa depan tata kelola gambut global.
Duet Strategis Penjaga Gambut Dunia
Kolaborasi Indonesia dan RDK dalam pusat gambut ini bersifat sangat strategis. Indonesia, dengan pengalaman pahit kebakaran gambut besar 2015, telah membangun fondasi pengetahuan, teknologi, dan kebijakan restorasi yang maju. Keberadaan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menjadi bukti komitmen dan kapasitas teknis Indonesia.
Sementara, RDK memiliki Cekungan Kongo, yang merupakan kompleks hutan gambut tropis terluas di dunia dengan cadangan karbon yang sangat masif. Menjaga kelestarian gambut di Cekungan Kongo sama krusialnya dengan melindungi Amazon atau gambut Indonesia.
Dukungan RDK merupakan pengakuan internasional terhadap kepemimpinan dan keahlian Indonesia di bidang gambut. Sebaliknya, Indonesia mendapatkan legitimasi kuat dari negara pemilik ekosistem gambut raksasa lainnya.
Memperkuat Posisi Tawar Global
Keberhasilan mendirikan dan mengoperasikan Pusat Lahan Gambut Internasional akan menempatkan Indonesia sebagai rule-maker bukan sekadar rule-taker dalam tata kelola gambut global. Pusat ini akan menjadi rujukan utama untuk penelitian, inovasi teknologi, dan pengembangan kebijakan terkait lahan gambut tropis.
Dalam forum-forum internasional seperti Konferensi Perubahan Iklim (COP), posisi Indonesia akan semakin kuat. Indonesia tidak lagi hanya dipandang sebagai "negara dengan hutan dan gambut," tetapi sebagai "pusat ilmu pengetahuan gambut dunia." Hal ini memberikan daya tawar lebih tinggi dalam menarik pendanaan iklim global dan membentuk agenda lingkungan internasional.
Dukungan dari RDK ini adalah langkah awal yang gemilang. Tantangan selanjutnya adalah mengonsolidasikan dukungan dari negara-negara lain dan lembaga internasional untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai episentrum perlindungan gambut dunia.
Baca Juga: Konflik Antara Kamboja Dan Thailand Serta Peran Indonesia Sebagai Mediator Perdamaian
Tag:
Penulis: Seraphine Claire